Alfalfa is grown across a wide range of soil, water and climate conditions which challenges the management decision of growers to produce the highest quality and high yielding hay. Over the past decade, there has been a shift of alfalfa plantings from some of the fertile soils in the Central Valley to the more marginal soils once thought to be unsuitable for alfalfa. With these changes and the demand for higher quality and increased production, alfalfa growing requires a keen eye and ability to recognize signs or symptoms of problems that can cause significant production losses.
Intended for readers from Indonesia,..Please
Cara menanam Alfalfa
Sebelum membudidayakan tanaman alfalfa, sebaiknya anda perlu mengetahui tekstur dan jenis tanah, pH, Salinitas, kandungan N, P, K dsb yang ada dalam tanah untuk menghitung berapa kebutuhan pupuk, kapur yang harus ditambahkan. Adapun cara persiapan dan penanaman alfalfa yang kami lakukan pada jenis tanah regosol dan bertekstur sandy loam dengan pH 5-5,5 adalah sebagai berikut ( jika tidak ada data analisa tanah, maka kesuksesan budidaya sangat tergantung pada keberuntungan) :
- Buat lahan penanaman lihat gambar ( photo diambil tgl 10 Januari 2012)
- Di dalam lahan dengan jarak antar petakan 40 cm yang berupa parit sedalam 20 cm untuk drainase/ jalan orang.
- Taburkan kapur dolomit setara 4 ton/ha (atau 0,4 kg/m2) merata dipermukaan petakan, kemudian disiram air atau tunggu hujan turun biarkan selama 2-3 hari agar reaksi netralisasi berjalan dengan baik.
- Setelah tahap pengapuran, dianjurkan untuk diberi pupuk kandang ( yang sudah matang) sebanyak 1-1,5 kg/m2 ( 10-15 ton/ha)* dan aduk rata (Cangkul halus).
- Buat larikan sedalam 1-1,5 cm, lebar 3-5 cm dan jarak antar larikan 20 cm , sepanjang petakan.
- Siapkan biji alfalfa sebanyak = 1,38 gr biji per larikan sepanjang 4m, campur dengan pasir halus yg kering dengan perbandingan berat sekitar 1 : 30 = Alfalfa : Pasir, kemudian aduk rata. Dalam 1,38 gr biji mengandung sekitar = 600 biji alfalfa, ( setara dengan kepadatan dalam 1 m2 , yang biasanya di gunakan oleh petani di Amerika )
- Tebarkan biji yg bercampur pasir tersebut kedalam larikan hingga habis sepanjang larikan, kemudian tutup dengan tanah ( sekedarnya saja ).
- Berikan sejumlah pupuk SP36(36 % P2O5) = 250 kg/ha dan KCl(60% K2O)= 500 kg/ha, tempatkan pupuk dalam larikan yang dibuat disebelah kanan / kiri larikan dgn jarak 5 cm dari larikan biji alfalafa. Kemudian siram dengan air hingga jenuh (100 % kapasitas lapang).
- Jika tahapan diatas sudah dilakukan, maka disarankan untuk memberikan potongan rumput alang-alang / jerami ( 5 cm ) yang di tebarkan merata diatas permukaan petakan ( asal menutupi permukaan tanah) untuk menjaga kelembaban tanah.
- Perlu menjaga ketersedian air untuk perkecambahan alfalfa, dengan memperhatikan kelembaban pada permukaan tanah, jika cuaca panas dan tanah terlihat kering maka segeralah di siram ,usahakan penyiraman pada pagi hari dan / atau sore hari, tergantung kebutuhan.
- Jaga tanaman alfalfa dari gulma minimal 60 hari setelah tanam, setelah itu gulma dapat biarkan saja karena pembersihan gulma akan memerlukan banyak tenaga dan biaya.
- Hama dan penyakit tanaman alfalfa cukup banyak, maka dalam perawatanya di anjurkan untuk bertanya pada penyuluh lapangan atau dinas pertanian setempat.
- Selain penanaman cara diatas, ada juga penanaman dengan cara biji langsung ditebar diatas permukaan tanah yang telah diolah ( dosis kapur dan pupuk hampir sama). Kemudian di ratakan dengan mengunakan semacam sapu dari jerami.
- Dengan cara tebar langsung akan menghemat waktu dan ongkos penanaman tetapi agak susah dalam membersihkan gulma karena berbaur dengan tanaman alfalfa muda yg gampang tercabut ( sukar untuk di tanam kembali / mati) pada saat membersihkan gulma.
- Baca tulisan lainya di blog kami, ttg alfafa untuk melengkapi informasi ini
- Dengan membaca dan menerapkan tulisan ini, maka sukses atau tidak adalah tanggung jawab anda.
)* Kandungan hara dari pupuk kandang padat/segar
No | Sumber Pupuk Kandang | Persentasi (%) | ||||||
Kadar Air | Bahan Organik | N | P2O5 | K2O | CaO | Rasio C/N | ||
1 | Sapi | 80 | 16 | 0,3 | 0,2 | 0,15 | 0,2 | 20-25 |
2 | Kerbau | 81 | 12,7 | 0,25 | 0,18 | 0,17 | 0,4 | 25-28 |
3 | Kambing | 64 | 31 | 0,7 | 0,4 | 0,25 | 0,4 | 20-25 |
4 | Ayam | 57 | 29 | 1,5 | 1,3 | 0,8 | 4,0 | 9-11 |
5 | Babi | 78 | 17 | 0,5 | 0,4 | 0,4 | 0,007 | 19-20 |
6 | Kuda | 73 | 22 | 0,5 | 0,25 | 0,3 | 0,2 | 24 |
Sumber: Pinus Lingga (1991)